
Tempe terbuat dari kedelai yang difermentasi oleh kapang Rhizopus oligosporus. Proses fermentasi mengubah karakteristik fungsional kedelai seperti hidrolisis protein menjadi asam-asam amino dan peptida, hidrolisis oligosakarida menjadi monosakarida dan degradasi asam fitat menjadi fosfor inorganik. Secara umum proses fermentasi kedelai dapat meningkatkan bioavaibilitas nutrisi kedelai,
Masyarakat Indonesia telah membuat tempe dengan bahan baku selain kedelai, seperti tempe koro Benguk, tempe Lamtoro, tempe Kecipir, tempe Gembus, tempe Bungkil dan lain-lain. Sebuah penelitian yang dilakukan Ahmad Nasir (2017), khusus membuat tempe kedelai dengan campuran biji wijen.
Wijen (Sesamun indicum L.) merupakan biji penghasil lemak dengan kandungan lemak 40%-45%, dengan kandungan asam lemak utama asam lemak oleat dan linoleat. Biji wijen mengandung zat sesamin, sesamin, sesamolin dan sesaminol yang mempunyai aktivitas anti kanker.
Tempe kedelai dengan campuran wijen mempunyai aroma harum khas yang berbeda dengan tempe kedelai biasa. Aroma ini muncul setelah proses fermentasi. Tekstur dari tempe ini juga sangat unik. Saat dikunyah akan menimbulkan sensasi tertentu berasal dari ukuran biji wijen yang kecil berpadu dengan kedelai yang lebih besar.
Komentar
Posting Komentar