Susu merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Normalnya pH susu berkisar antara 6,5 sampai 6,6. Kondisi pH ini sangat menguntungkan bagi mikroorganisme karena pH mendekati pH optimum sebagian besar mikroorganisme untuk tumbuh dengan baik. Kerusakan susu sebagian besar disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme, kontaminasi awal susu terjadi saat pemerahan yaitu cemaran dari ambing. Ciri-ciri susu yang mengalami kerusakan adalah cairan susu yang mengental bahkan menggumpal, susu terasa masam, dan terdapat lendir (Cahyono et al. 2013)
Kerusakan mikrobiologis pada susu dapat disebabkan oleh beberapa sebab, yang pertama adalah produksi asam oleh beberapa spesies bakteri dan khamir, yaitu Streptococcus lactis, L bulgaricus, S faecalis, B calidolactis dan S thermophilus. kerusakan susu juga dapat disebabkan oleh busa atau buih pada permukaan susu yang terbentuk dari akumulasi gas yang diproduksi oleh mikroba seperti E coli, Clostridium dan bacillus. Kerusakan mikrobiologis lainnya adalah terjadinya reakdi dekomposisis protein susu membentuk polipeptida yang dapat menimbulkan rasa pahit. Flavor susu juga dapat berubah menjad ioff-flavor akibat kontaminasi bakteri (Rahayu dan Nurwitri 2012).
Metode perhitungan mikroba atau analisis kuantitatif dimaksudkan untuk menghitung jumlah kandungan mikroba pada bahan. metodenya meliputi teknik hitungan langsung (Drirect Microscopic Count/DMC), teknik pertumbuhan mikroba dengan cara hitungan (Colony Count Methods/CCM) dan perkiraan angka paling mungkin (The Most Probable Number/MPN) (Rahayu dan Nurwitri 2012)
Metode yang paling efektif dan umum digunakan untuk menghitung jumlah mikroba pada susu sapi adalah TPC (total plate count) dan MPN (Most Probable number) karena cukup mewakili sampel sebab hanya mikroba hidup saja yang akan terdeteksi dalam analisis ini , cukup efektif dan praktis, tidak membutuhkan bantuan mikroskop ( Sartika et al 2010).
Persiapan yang harus dilakukan sebelum dilakukan analisis jumlah mikroba adalah menyiapkan medium pengencer. Adapun tujuan menyiapkan medium pengencer adalah mencari biakan murni yang akan dipelihara atau dianalisa. Pengenceran dilakukan dengan cara mencampurkan sampel dengan volume atau berat tertentu pada larutan pengencer yang telah disterilkan. Selain menyediakan media pengenceran, alat-alat dan bahan-bahan laboraturium yang akan digunakan untuk menganalisa jumlah mikroba harus steril. Sterilisasi biasa dilakukan dengan menggunakan alat autoklaf (Waluyo 2008).
daftar pustaka
Cahyono D, Padaga MC, dan Sawitri ME. Kajian kualitas mikrobiologis (Total Plate Count (TPC), Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus) susu sapi segar di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak. 8(1): 1-8.
Waluyo,Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. UMM Press: Jakarta.
Rahayu W. P. dan Nurwitri C.C. 2012. Mikrobiologi Pangan. Bogor: PT. Penerbit IPB Press
Sartika, Indrawani, Sudiarti. 2010. Analisis mikrobiologi Eschericia Coli O157:H7 pada hasil olahan sapi dalam proses produksinya. Jurnal Kesehatan 9(1) : 23-28
Komentar
Posting Komentar